Pages

Slideshow

Kamis, 16 Februari 2012

Penyakit-Penyakit Hati

Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh.
Allah berfirman, artinya:
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Al-An'am : 122)
Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.


Dua Bentuk Penyakit Hati:
Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.
Allah berfirman, artinya:
"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)
Ini yang disebut penyakit syahwat.

Allah juga berfirman, artinya:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)
Allah juga berfirman, artinya:
"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)

Penyakit di sini adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.

Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. "Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.


Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat:
Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat.
Sesungguhnya Allah berfirman:
"Katakanlah: "Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh." (Fushshilat : 44)



Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya.
*) [Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya adalah: "Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan"]

Selasa, 14 Februari 2012

Sabar itu Benar-Benar Indah

Assalamu'laikum wr. wb

Allahummah Sholli 'Alaa Muhammad

Mempercantik dan Menghiasi diri dengan sikap sabar termasuk pekerti orang-orang yag langka (Jarang), yaitu mereka yang menghadapi berbagai kesulitan dengan hati yang lapang, penuh percaya diri, dan pantang menyerah. Jika kita tidak bersabar, baik saya dan Anda, lalu apa yang akan kita lakukan...??

Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit,  kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.  Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).

Bersabarlah...! Akan tetapi, ketahuilah bahwa Anda tidak akan dapat bersikap sabar, kecuali atas pertolongan Allah. Bersabarlah sebagaimana kesabaran orang yang percaya akan datangnya pertolongan Allah, meyakini kesudahannya yang baik, mencari pahala, dan mengharapkan dosa-dosanya terhapusnya. Sabar itu memang benar-benar indah.

Bersabarlah, walaupun berbagai kesulitan membayangi kehidupan Anda dan jalan yang ada di hadapan Anda tidak dapat ditempuh karena kegelapan. Sesungguhnya pertolongan akan datang setelah kesabaran; kelapangan akan datang setelah kesempitan; dan kemudahan akan datang setelah kesulitan.

Berikut beberapa hadist yang menjabarkan tentang keistimewaan sabar :
Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan.
(HR. Athabrani dan Al Baihaqi)

Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar. (HR. Al Hakim)

Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula tertimpa musibah.
(HR. Al Bukhari)

Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan).
 (HR. Athabrani)

Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar.
 (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya,  insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
  1. Kita harus percaya pada jaminan Allah bahwa : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al Baqarah [2] : 286).   Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat tahu kemampuan kita, jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.
  2. Sebenarnya, kita semua pasti mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita kuat iman.
  3. Coba kita tanyakan pada diri kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan, kesedihan dan atau kehilangan, apa manfaat yang bisa kita ambil kalau kita tidak sabar dan tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya kita, maka bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian tersebut tidak jadi datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita pikirkan kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan?  Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya Allah, tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan ingat, dalam sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap kita, adalah segalanya.
  4. Kita harus selalu baik sangka kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah.  Kita harus bisa sabar dan ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa tidak puas dengan semua keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain Allah.  Perhatikan firman-Nya dalam hadits Qudsi : Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar akan membuahkan kebahagiaan hidup dunia akhirat. Kendatinya untuk sabar terkadang sulit dilakukan, namun itu hanya sebuah sugesti negatif yang sudah mendominasi hati dan pikirkan. Ingat, sesulit apapun, kita masih memiliki Allah Ta'ala. tetap berusaha, berdo'a dan selebihnya sabar dalam balutan tawakal.

Allah Azza Wajalla.... ^_^

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Minggu, 12 Februari 2012

Etika Meminta Maaf

Assalamual'aikum wr. wb.

Manusia adalah makhluk sosial dalam artian makhluk yang tidak bisa hidup sendiri atau lebih sederhananya butuh teman. Dalam islam juga ada yang namanya ukhuwah (saudara) yaitu jalinan persaudaraan antara satu dengan yang lain. Tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap insan pasti memiliki dan harus memiliki apa yang namanya teman. Dan dari adanya sebuah teman itu tercipta yang namanya sebuah hubungan mengenal satu sama lain. Ada kalanya hubungan itu berjalan seperti apa yang diharapkan, berkesinambungan, lancar dan sangat baik jalinan silahturahmi. Namun adakalanya hubungan tersebut diuji Allah SWT dengan munculnya sebuah konflik. Yang kita bahas disini bukanlah dari mana konflik itu datang, atau proses bagaimana konflik itu terjadi, namun bagaimana cara konflik itu selesai dan muncullah sebuah kata MAAF.

Ada 2 hal yang perlu di yakini, meminta maaf dan memaafkan. Namun bukan sembarang meminta maaf dan sekilas memaafkan, tapi yang jauh diharapkan adalah dua hal tersebut dapat tercipta dengan hati yang lapang, jiwa yang tulus untuk memaafkan, pikran yang ikhlas untuk melepas kebencian yang tercipta diawal.

Dalam Q.s Ali imron: 133-4 menjabarkan : "Apabila meminta maaf begitu penting, maka memberi maaf Allah Yang Maha Pengampun bahkan tersebut salah satu cirri orang takwa dan muhsin yang dicintai-Nya"

Semua orang tentunya pernah bersalah, pernah melakukan kecerobohan dan membuat orang lain tersakiti. Kesalahan yang telah dilakukan baik segaja atau tidak, harus bermuara pada kata "maaf". Terkadang ketika kita menyakiti orang lain dengan perkataan kita, dengan tingkah laku kita dan dengan kebiasaan jelek kita. Hal ini terkadang kita tidak menyadarii kesalahan itu. Tiba-tiba saja seseorang itu lain sikapnya. fenomena ini banyak saya jumpai, pernah mengalaminya secara langsung. Ada hal menarik ketika kita di hadapkan kepada sesuatu yang membuat kita tersinggung atau tidak enak hati kepada seseorang, hal ini disebabkan oleh kurang tenangnya kita dalam menanggapi situasi. Akan tetapi ada muara yang sangat negatif perihal penyakit tidak enak hati ini yakni KEBENCIAN. "JIKA KITA SELALU TIDAK ENAK HATI KEPADA SESEORANG, MAKA CEPAT ATAU LAMBAT KITA AKAN MEMBENCINYA..". Lalu bagaimana jika kita merupakan pihak yang membuat orang lain tidak enak hati? apa yang mesti dilakukan? Ada beberapa tips yang perlu dilakukan ketika kita ingin meminta maaf diataranya pernah di postingan oleh sahabar saya , Diantara Tips itu adalah :

1. Jujur saat menghadapi masalah
Artinya biasakan bersikap terbuka pada orang lain. Jangan takut mengungkapkan permasalahan yang Anda hadapi. Jika ia tahu masalah yang Anda hadapi dan ternyata Anda berbuat kesalahan, mungkin orang lain akan bisa memahami dan Anda harus bisa menjelaskan perbuatan/kesalahan Anda tersebut pada orang itu.

2. Berani mengakui kesalahan
Jangan takut atau malu mengakui kesalahan yang Anda perbuat. Berani mengakui kekuarangan dan kesalahan adalah ciri orang berjiwa besar.

3. Menampakkan penyesalan
Jika Anda mengalami ini katakan betapa Anda sangat menyesal telah menyakiti hatinya. Namun, penyesalan yang Anda lakukan hendaknya bukan sekedar lip service alias ucapan dibibir. Penyesalan yang mendalam dan tulus akan terbaca dari sikap yang Anda tampilkan.

4. Mau berubah
Jiwa besar untuk mengakui dan menampakkan penyesalan wajib diikuti perbaikan sikap dan perilaku. Jika setelah meminta maaf Anda tetap mengerjakan pekerjaan yang merugikan atau menyakitkan hatinya, tentu permohonan maaf Anda tak akan berarti apa-apa.

5. Menyenangkan hatinya
Usai meminta maaf, lengkapi komunikasi dengan mengerjakan hal-hal yang dapat menyenangkan hatinya. Dan kalau perlu berikan perhatian yang lebih dari biasanya.

6. Tidak mengulangi kesalahan yang sama
Berusahalah untuk konsekuen terhadap janji yang telah Anda ucapkan padanya. Kesungguhan Anda untuk tidak melakukan kesalahan serupa akan membuat Anda lebih berhati-hati dalam melangkah.

7. Siap menerima kritik
Jangan sekali-kali merasa apa yang Anda lakukan selalu benar. Berbesar hati untuk menerima pendapat atau kritik adalah salah satu cara untuk meminimalisir kesalahpahaman.


Dan hakekat suruan meminta maaf juga tertera dalam :
 HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a 
"Dari Anas radhiallahu 'anhu, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Allah ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”

Beberapa tips tersebut merupakan tata cara/ etika dalam meminta maaf. Tanpa menyandang dan mengaharap sesuatu & tanpa ada sedikitpun rasa untuk membalas suatu kesalahan yang orang perlakuakn kepada kita. Intinya jika tiang agama sudah menjadi tombak perang bagi diri kita, Insyaa Allah kesemuanya itu bisa kita berikan dan terima dengan keikhlasan dan kelapangan hati.

Wallahu'alam Bishoab....

Wassalamu'alaikum wr. wb

Jumat, 10 Februari 2012

Hilangkan Pamrih & Tingkatkan Memberi dari Hati

Bismillahirahmanirrahim....

Niat Memberi bisa mendapatkan  hasil kembali yang jauh lebih dari itu. Jauhan, Hilangkan dan segera kubur dalam-dalam rangkaian kalimat/ niat itu. ”Memberi” maka engkau akan “diberi”, begitulah yang seharusnya. Kita diminta untuk aktif dan bukan menunggu. Memberi bukan selalu harus berbentuk uang dan materi, bisa saja berupa waktu, perhatian, ketulusan, kasih sayang dll. Pointnya jangan berharap semua itu orang lain yang berikan dahulu pada kita baru kita balas, berinisiatiflah utk menjadi orang yang melakukan segala hal baik yang bisa kita lakukan.

Walaupun demikian, kita bisa mene­ladani sifat mulia itu sebatas kemampuan kita sebagai makhlukNya. Dalam hal ini kita bisa meminimalkan harapan atau pam­rih kita, paling tidak, ketika kita mem­berikan sesuatu, janganlah kita ber­harap mendapatkan imbalan yang ber­lebihan, yang demikian itu disebut riba, sebagaimana firmanNya:

“Apa yang kamu berikan dari riba supaya bertambah banyak harta manusia, maka tidaklah bertambah banyak di sisi Allah”. (QS. Ar-Ruum: 39)"

Keagungan dan kebesaranNya tak berkurang se­di­kitpun juga jika sekiranya semua manusia ingkar kepadaNya. Demikian juga sebaliknya, kewibawaan dan kemuliaanNya tak bertambah sedikitpun juga jika sekirinya semua manusia tunduk patuh kepadaNya. Dia tak membutuhkan ucap­an terima kasih, tak juga tepuk tangan atas semua kebaikanNya.

Tak sekadar bebas dari pamrih, Dia juga senantiasa memenuhi kebutuhan makhlukNya tanpa diminta. Dia memberikan udara segar setiap hari walaupun kebanyakan manusia tidak memintanya. Dia juga menurunkan hu­­jan, walaupun manusia tidak berdoa untuknya. Sinar matahari dicurahkan setiap hari, walaupun banyak manusia tidak menyadarinya. Siapakah yang me­nyediakan air, udara, dan energi? Tan­pa diminta, Allah telah menyiapkannya.

Hanya Dia yang pantas menyandang nama Al-Wahhab, sebab semua manusia senantiasa mengharapkan im­balan ketika bekerja, apalagi ketika mem­beri sesuatu kepada sesamanya. Ada tujuan yang ingin diraih di balik kerja kerasnya, baik yang bersifat materi maupun yang berbentuk spiritual, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.

Dalam prakteknya, kita boleh saja me­nanti ucapan terimakasih dari orang yang kita beri, tapi mengabaikannya jauh lebih mulia dan derajatnya lebih tinggi, sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”.
(QS. Al-Insaan: 9)


Nilai-nilai yang tercermin dari Al-Wahhab  sangat penting diterapkan oleh para pemimpin. Setiap pemimpin haruslah memiliki sifat pemurah, suka memberi kepada bawahannya. Seorang pemimpin yang pelit pasti tidak disukai anak buahnya. Sebaliknya, pemimpin yang murah hati dan suka memberi pas­ti mendapatkan simpati, disukai, dan di­cintai rakyatnya.

Lebih dari itu, pemimpin yang baik tidak akan memberikan sesuatu kecuali mengharapkan kebaikan dari pemberiannya. Ia tidak memberi asal memberi. Setiap pemberiannya bernilai motivasi, lebih memilih memberikan kail daripada umpannya.





Kamis, 02 Februari 2012

Istighfar Nabi SAW lebih dari 70 kali

4 Januari,  2012

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman dia berkata; Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR.Bukhari:5832).

Sudah jelas bahwa Allah memang menurunkan perintah kepada kita untuk beristighfar. Perintah ini berarti pula ujian keimanan untuk kita. Mau atau tidak kita memenuhi perintah ini. Bila kita enggan, maka kita tak akan mengalami kemajuan; tak beda dengan anak sekolah yang tak mau menghadapi ujian yang akhirnya tak mendapat kenaikan tingkat. Sebaliknya, bila kita berani dan berhasil menghadapi ujian yang diberikan Allah ini, maka kita akan diangkat ke tempat yang terpuji oleh Allah.
Fungsi dan manfaat istighfar dalam kehidupan adalah sebagai berikut :
  • Memperoleh kenikmatan hidup secara terus-menerus
  • Dibebaskan dari perasaan tertekan atau kedukaan
  • Membukakan jalan keluar atas kesulitan
  • Memudahkan datangnya rezeki
  • Mendatangkan keselamatan
  • Menimbulkan ketentraman hati
  • Mendatangkan ampunan dosa
  • Menumbuhkan sifat-sifat keutamaan pada seseorang
  • Dicintai Allah
  • Mendapat rahmat dari Allah
  • Mendapat hidayah Allah
  • Mendapat pahala
  • Mencegah berbuat dosa
  • Keburukan/dosa-dosa masa lalu diganti Allah dengan kebaikan
  • Diberi kemakmuran dan kekuatan
  • Meredam murka Allah






Keutamaan Zikir & Doa

3 Januari,  2012

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar bin ‘Utsman Al ‘Abdi telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dan Ibnu ‘Adi dari Sulaiman At Taimi dari Anas bin Malik dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: ‘Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: ‘Aku bergantung pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di tengah orang banyak, maka Aku juga akan mengingatnya di tengah orang banyak yang lebih baik daripada mereka.


Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.’ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdul A’la Al Qaisi telah menceritakan kepada kami Mu’tamir dari bapaknya dengan sanad ini dan tidak menyebutkan kalimat; ‘Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.’ ( HR. Muslim:4850 ).

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارِ بْنِ عُثْمَانَ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ سُلَيْمَانَ وَهُوَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا تَقَرَّبَ عَبْدِي مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا أَوْ بُوعًا وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الْقَيْسِيُّ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ عَنْ أَبِيهِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ إِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً







Doa Pagi Hari - 2

2 Januari,  2012

“LA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LA SYARIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYI WA YUMITU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR”



لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ



Dari Khalid bin Ma’dan dari Abu Ruhm As Sama’i dari Abu Ayyub Al Anshari dari Nabisaw. bersabda: “barang siapa yang ketika pagi hari mengucapkan LA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LA SYARIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYI WA YUMITU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR sebanyak sepuluh kali maka Allah akan menulis untuknya setiap satu kali dia ucapkan dengan sepuluh kebaikan dan Allah akan mengangkat darinya sepuluh kesalahan dan Allah akan mengangkatnya dengan kalimat itu sepuluh derajat dan hal itu baginya seperti sepuluh pengawal yang menjaganya dari awal siang hingga akhir dan dia tidak melakukan suatu amalan pada hari itu yang mengalahkannya jika dia membacanya pada sore hari seperti itu. (HR. AHMAD – 22465





Doa Pagi Hari

1 Februari, 2012

ALLAAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII WA ANAA ‘ABDUKA WA ANAA ‘ALAA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU, A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU WA ABUU-U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA A’TARIFU BIDZUNUUBII FAGHFIR LII DZUNUUBII, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ وَأَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ
عَلَيَّ وَأَعْتَرِفُ بِذُنُوبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Huraits telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abu Hazim?? dari Katsir bin Zaid? dari Utsman bin Rabi’ah? dari Syaddad bin Aus? radliallahu ‘anhu bahwa Nabi? shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Maukah aku tunjukkan kepadamu sayyid istighfar? Yaitu ALLAAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII WA ANAA ‘ABDUKA WA ANAA ‘ALAA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU, A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU WA ABUU-U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA A’TARIFU BIDZUNUUBII FAGHFIR LII DZUNUUBII, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA.

(Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engaku, Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hambaMu, dan berada dalam perjanjian dan janjiMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan apa yang telah aku perbuat, dan aku mengakui kenikmatanMu yang Engkau berikan kepadaku dan mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau). Tidak ada seorangpun diantara kalian yang mengucapkannya ketika sore hari kemudian datang kepadanya taqdir untuk meninggal sebelum datang pagi hari melainkan wajib baginya Surga, dan tidaklah ia mengucapkannya ketika pagi hari kemudian datang kepadanya taqdir untuk meninggal sebelum datang sore hari melainkan wajib baginya Surga. (HR.Tirmidzi : 3315 ).

Selasa, 31 Januari 2012

Indahnya Berfikir Positif


31, Januari, 2012

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Pada dasarnya mata dan telinga adalah ujian dari Allah. Yang terpenting adalah qalbun salim, hati yang bersih.  Kita seringkali berdasarkan apa yang kita lihat dan kita dengar, kita segera membuat asumsi dan menarik kesimpulan. Kita sering terlalu cepat mengambil kesimpulan negatif.

Ketika kita dihadapkan pada sebuah simpul-simpul masalah, terpaan yang kerap kali dirasakan dalam struktural tubuh beserta pola pikir kita adalah gejala negatif. Hal negatif ini jika berselimut terlalu lama akan menyebabkan dampak yang luar biasa bagi rohani dan jasmani.

1. Melihat masalah sebagai tantangan

Coba bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan membuat hidupnya seakan-akan paling sengsara di dunia.

2. Menikmati hidupnya

Berpikir positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide

Supaya Anda menerima hal-hal baru yang dapat mengubah kehidupan Anda menjadi lebih baik.

4. Singkirkan pikiran negatif seketika setelah pikiran itu terlintas di benak

Jika Anda memelihara pikiran negatif lama-lama, bisa-bisa Anda malah membangunkan singa tidur yang seharusnya tidak apa-apa malah menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimiliki

Dan bukan berkeluh-kesah tentang hal-hal yang tidak dimiliki.

6. Tidak mendengarkan gosip yang tidak menentu

Sudah lumrah yang namanya gosip berteman baik dengan pikiran yang negatif. Karena itu para pemikir positif akan berusaha menghindar untuk terlibat dalam omongan yang tidak ada manfaatnya.

7. Tidak buat alasan, tapi langsung buat tindakan

Anda tentu pernah mendengar kata NATO (No Action Talk Only). Yang jelas, para pemikir positif bukanlah penganut aliran ini. Begitu juga dengan NARO (No Action Review Only), NADO (No Action Dream Only), NACO (No Action Concept Only), NABO (No Action Briefing Only), NAMO (No Action Meeting Only), dan NASO (No Action Strategy Only).

8. Menggunakan bahasa positif

Gunakanlah kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti: “Saya pasti bisa!”, “Tidak ada persoalan yang terlalu sulit untuk dipecahkan.”, “Dia memang berbakat.”

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif

Seperti senyuman, berjalan dengan langkah tegap, gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Para pemikir positif biasa berbicara dengan intonasi dan gerakan tubuh yang  bersahabat, antusias dan hidup.

10. Peduli pada citra diri

Dengan berusaha tampil baik. Bukan hanya diluar, tapi juga di dalam.

Allah yang mengetahui hati setiap hamba-hambaNya

Senin, 30 Januari 2012

TUJUAN HIDUP MUSLIM


30 Januari, 2012

Assalamu’alaikaum wr. wb.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Segala puji kita panjatkan kepada ALLAH swt yang telah memberikan kita begitu banyak nikmat-nikmat hidup di Buminya yang indah ini.


Rasulullah saw adalah nabi besar yang membawa risalah-risalah dari ALLAH untuk manusia.Jasa2 Nabi sangat luar biasa untuk kemanusian. Kalau bukanlah Al quran sebagai kitab pedoman hidup manusia sudah tentu manusia tidak akan menemukan jalan yang diredhoiNya.


TiadaTuhan melainkan Allah Maha Pencipta Agung lagi Maha Berkuasa. Allah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Hidup di dunia hanya untuk sementara saja. Allah pula yang menentukan tujuan hidup dan tugas-tugas hidup kita didunia.  Allah Maha Pengampun dan Maha Mengadili setiap perbuatan manusia. Allah akan memintak pertanggung jawaban kepada kita apa yang telah kita kerjakan selama hidup di dunia. Allah  is the Lord of  the world, Raja di Raja di dunia.

Tujuan hidup manusia di bumi ini adalah "bekerja untuk ALLAH" membangun pradapan manusia  yang rahmatan lil alamin yaitu hidup yang damai--sejahtera--harmoni --- dan bahagia.


Siapa2 yang bekerja dengan baik dan sempurna sesuai dengan kitab manusiaNya yaitu Al Quran,maka ALLAH akan menjanjikan mendapat hadiah atau reward dari ALLAH yaitu Syurga di dunia dan di akirat.
The trouble with Islam Today adalah banyak umat islam yang salah memahami apa tujuan dan tugas hidupnya di bumi ini yang ciptakan oleh ALLAH swt.

Kalau umat islam salah memahami atau mengartikan ayat-ayat ALLAH tentang apa tujuan dan tugas hidupnya, maka hasilnya sudah tentu akan salah pula.

Inilah yang sedang terjadi di dalam masarakat islam kita sekarang ini setelah di tinggalkan oleh Rasul 1400 tahun yang lalu.Dimana umat Islam dimana mana sangat terbelakang dlm segala aktivitas kehidupan manusia. Selama ini saya amati pada umumnya umat islam berpaham bahwa tujuan hidup antara lain;

Ada yang menyembah ALLAH swt yaitu dengan melakukan shalat /penyembahan 5 kali sehari bahkan lebih. Makin banyak melakukan shalat terasa makin benar islamnya. Maka mereka banyak melakukan shalat-shalat sunat dan shalawat Tarawih sampai kakinya bekak, dan keningnya yg menghitam.

Ada pula sebahagian umat islam mencari ALLAH dengan banyak berzikir di kamar-kamar yang gelap berjam jam. Ada pula sebahagian mencari kebahagian dengan hidup sederhana saja.Kalau banyak aktivitas duniawi seperti berniaga, berpolitik dan lain-lain maka akan menimbulkan stress dan penyakit dll. Ada pula yang tujuan hidupnya adalah semata mata mencari "materi' Mencari kekayaan tanpa mengenal haram dan halal,semua cara di lakukan demi mendapatkan uang.
Umat islam yang melakukan shalat 5 kali sehari, dan shalat sunat kemudian melakukan puasa dan naik hajji, mereka sudah merasa tujuan hidupnya sudah tercapai, walaupun ekonomi keluarganya masih lemah atau miskin.

Mereka berpendapat bahwa kesejahteraan keluarga itu adalah bukan tujuan hidup seorang muslim. Maka mereka malas bekerja keras dan belajar sungguh-sungguh untuk dapat memakmurkan bumi ini dgn cara mengusai ilmu2 ekonomi dan technologi.

Akibatnya adalah umat Islam terbelakang dalam ekonomi dan technologi, persenajtaan dan pendidikan.Benar bukan?
Jadi Tugas hidup manusia adalah bekerja keras untuk ALLAH membangun pradapan manusia yang Islami yang damai dan sejahtera hidupnya.Tujuannya akir adalah tempat mulia yaitu syurga.

Untuk itu ALLAH memerintahkan kepada manusia;
Tugas Manusia;

1. (QS.11:61). “Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia,atau membangun pradapan yang islami).

Untuk memakmurkan bumi ALLAH, maka wajib setiap muslim belajar ilmu agama dan ilmu-ilmu ekonomi/technologi lain2nya agar bisa mengolah bahan2 baku yang telah disediakan oleh ALLAH di muka dan didalam bumi.

2(QS.58:11)
“Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan(siapa yang menguasai ilmu IPTEK,merekalah yang lebih maju dan kuat.)

Orang2 yang sudah banyak ilmunya dan banyak karya2nya diangkat menjadi pemimpin atau Khlafah Fild ardh;

3.QS.2:30"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini"(Menjadi pemimpin2,Khalifah2 Fil Ardh yang membangun umat baik akhlaqnya maupun ekonominya. )
Kesimpulan tujuan hidup manusia, bukanlah hanya melakukan shalat, puasa,naik hajji saja, tapi adalah lebih dari pada itu,yaitu bekerja untuk ALLAH membangun pradapan islam yang maju dan kuat pertahanan agama dan bangsanya.

Siapa siapa yang mengikuti buku pedoman ALLAH yaitu al quran dan As-sunnah, maka ALLAH menjanjikan hadiah hidup syurga di dunia dan syurga pula di akirat, selamat dari azap api neraka.

MERAMU PRAKTEK IKHLAS

29  Januari, 2012

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Sikap hidup seseorang dibentuk oleh keyakinan yang dimilikinya. Sebagai muslim, keyakinan kita berpatri kepada dua kalimat syahadat (Asy Hadua’la ilaa ha illahlah, Waasy haduu annamuhammadarasulullah). Kalimat ini membentuk perilaku kehidupan . itulah ikrar yang kita ucapkan, artinya pada saat kita berkata Asyhadu alla ilaa ha ilallah (aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah) kita sudah melaksanakan sebuah ikrar. Kalau saya yakin tidak ada Tuhan selain Allah, itu berarti saya tidak pernah takut selain hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah menggantungkan hidup kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah melarikan persoalan melainkan hanya kepada Allah, saya tidak akan meminta tolong kecuali hanya kepada Allah dan saya tidak akan pernah meminta rezeki kecuali hanya kepada Allah SWT.

Berurat dan berakar itu didalam hati membentuk kepribadian mewarnai seluruh langkah kehidupan kita. Dizaman kita, kita sangat fasih sekali mengucapkan 2 kalimat syahadat. Tahlilpun lancar. Tetapi konsekuensi dari kalimat itu sering kita abaikan.  Apalagi kita sedang dihadapkan oleh zaman yang serba sulit saat ini. Ekonomi yang curat marut (belum pulih), lapangan pekerjaan susah, tingkat pengangguran semakin banyak, gaya hidup semakin tinggi. Orang mudah mengalami proses pergeseran nilai. Sholatnya masih menghadap Allah, tapi ingin dagangannya laris menghadap ke dukun. Dicampurlah itu (iyya kana’ budu dukun nasta’in). ini semua karna gaya hidup yang sikrit.
Nahhh… puasa melahirkan keikhlasan. Kenapa..?? karna ibadah ini seperti yang pernah kita bicarakan tanpa sugesti. Mungkin kalau kita sholat masih berharap dilihat orang. Tapi dengan puasa, hanya kita dan Allah yang saja yang tau. Ini seharusnya melahirkan gaya hidup keikhlasan. Kalau kita sudah berbuat, yang penting  kita dan Allah saja yang tau. Mau dipuji orang atau tidak, mau didengar orang atau tidak, mau dilihat orang atau tidak, yang penting saya sebagai pelaksana sebuah Ibadah & Allah sebagai tempat tujuan  kenapa ibadah ini saya laksanakan.

Karena itu, pada jumpa kita di kesempatan ini (pagi ini, siang ini, sore ini), kita akan membahasa tentang ikhlas dalam kehidupan dizaman sekarang ini. Sebab, bukan hanya ketika kita sholat saja kita harus ikhlas, puasa harus ikhlas, zakat harus ikhlas, menjalani hidup inipun kita harus penuh dengan keikhlasan. Kita tau bahwa apa jikalau kita menggantungkan sesuatu hanya selain Allah, maka bersiaplah untuk kecewa.  Apa sajaaa. (pengulangan kata, lebih ditekan penekanan katanyanya).
Ikhlas bukanlah hal yang mudah dilaksanakan walaupun sangat mudah dan sering untuk diucapkan. Tetapi inilah yang diperintahkan Allah kepada kita. Wamaa ummiru illali ya’budullaha mukhlisin. Kalian tidak diperintahkan, kecuali hanya menjadi penyembah  Allah yang penuh keikhlasan. Penyembah Allah yang semangat dari keikhlasan.

Saya inginn mengungkap apa yang pernah disampaikan oleh  Imamlu Ghozali tentang keikhlasan ini. Beliau mengatakan, manusi pada dasarnya mati, kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu walaupun dia hidup, tidur. Kecuali yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali yang ikhlas didalam  mengamalkannya. Begitulah dalam kehidupan ini, manusia pada dasarnya mati kecuali orang yang berilmu. Tidak banyak yang bisa dilakukan tanpa ilmu. Ilmulah yang membuat manusia hidup, gerak, berbuat, berkembang, tumbuh menjadi lebih maju. Ilmu dalam sebuah ungkapan lama membuat hidup jadi mudah. Seni membuat hidup jadi indah. Dan agama membuat hidup jadi terarah. Dengan ilmu, hidup jadi mudah. Apa yang terjadi hari ini di benua lain, hari ini juga kita tau dari kamar kita. Dari kamar kitapun kita biisa ngobrol ke luar negeri. Itu semua adalah kemudahan yang terjadi dari factor ilmu.

Manusia mati kecuali yang berilmu. Orang  yang berilmu walaupun ia hidup, tapi tidur. Kecuali yang mengamalkan rasa sudah banyak karyanya, sudah banyak ibadahnya, sudah banyak kebaikannya, pada akhirnya mereka banyak yang tertipu illal mukhlisun, kecuali yang ihklas dalam mengamalkan ilmunya itu. IKHLAS itu adalah RUH dari amal yang  kita kerjakan.  Amal tanpa ikhlas bagaikan jasad tanpa RUH disitulah MATI NILAI AMAL KITA.

Dan iblis itu luar biasa. Sehingga Rasull mengatakan : “Iblis masuk ke tubuhmu melalui saluran darahmu,”. persempit jalan masuk iblis ketubuhmu.  Sahabat bertanya “dengan apa ya Rasull..?”. Dengan zikir dan lapar.
Jadi dengan kita berpuasa, maka kita mempersempet ruang gerak iblis masuk ke saluran darahmu.  Itu juga makna dimana jika ramadhan dating maka diikatlah iblis. Siapa yang mengikat..? yaa kita sendiri. Dengan apa..? Dengan ibadah puasa. Kita ikat dia tidak berkutik menuruuti hawa nafsu sebagai kendaraan utama iblis tadi. Jadi kembali pada awal, KEIKHLASAN itulah nilai dari ammal kita.

Iblis dating kepada setiap orang dengan bendera yyang tidak sama. Iblis datang kepada orang kaya dengan membawa bendera bahqhil. Iblis datang kepada penguasa dengan membawa bendera kezholiman. Iblis dating kepada para Kyai dengan membawa bendera HASUT, iri hati, dengki. Iblis dating kepada orang kaya dengan mebawa bendera PELIT bin Baqhil alias kikir. Strateginya berbeda-beda. Tergantung kepada yang didatanginya. Nah.. jika hal tersebut tidak terkena maka ditanamkanlah perasaan bangga : “Ahh.. amalmu sudah banyak, kebaikanmu sudah banyak, dihilangkanlah keikhlasan kita.

Ikhlas itu, selamat dari noda, selamat dari kepentingan selain Allah, bersih dari kepentingan selain Allah. Sekali lagi, contoh ringannya dengan Puasa adalah cara kita  untuk melatih kita untuk menerapkan sikap-sikap ikhlas. Dan jika kita sudah puasa yang tau hanya kita dnegan Allah SWT saja, bukan karna dipuji orang, karna ingin disanjung orang. Semoga puasa ini bisa mendorong kita menjadi pribadi orang-orang yang ikhlas dalam berbuat.

Minggu, 29 Januari 2012

BERTAKWA KEPADA ALLAH BEKAL KEBAHAGIAN DUNIA DAN AKHIRAT


28 Januari, 2012

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kalimat hamdalah dan puji syukur yang senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Jalla wa `Ala yang senantiasa memberikan kepada kita kenikmatan-Nya, kenikmatan yang nampak dan yang tersembunyi. Terkhusus kenikmatan Islam, iman, dan kenikmatan berpegang teguh terhadap agama Allah ini merupakan kenikmatan yang besar yang diberikan kepada kita semua.

Dan juga merupakan nikmat yang Allah berikan kepada kita dimana pada malam ini kita dikumpulkan dalam majelis ilmu. Di dalamnya kita saling mengingatkan, semoga Allah menggolongkan kita diantara orang-orang yang saling beriman dan beramal shalih, dan saling menasihati di dalam kebenaran dan kesabaran, dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang mendapat naungan pada hari kiamat di hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya.


Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Tujuh golongan yang akan Allah berikan naungan padanya pada hari kiamat di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,…” salah satunya adalah dua orang yang mereka saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul karena Allah, dan mereka berpisah juga karena Allah.


Maka kita berharap pertemuan kita pada malam hari ini mendapatkan berkah dari Allah, pertemuan dalam keadaan kita saling mencintai karena Allah, persahabatan yang erat, yang tidak akan dipisahkan oleh Allah baik di dunia atau di akhirat. Bahwa orang orang yang berteman setia pada hari kiamat nanti sebagiannya akan bermusuhan dengan yang lainnya kecuali orang yang bertakwa. Maka merupakan hal yang baik bila dalam pertemuan singkat ini kita saling menasihati, Rasulullah bersabda dalam hadits Muslim bahwa agama itu dibangung di atas nasihat.
Bekal dalam kehidupan dunia yang menjadikan kita semoga termasuk diantara orang-orang yang selalu berada di dalam kebaikan dan mendapatkan ridha dari Allah yaitu:
Bertakwa kepada Allah

 
Firman Allah, “Dan berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah bertakwa (kepada Allah)“. Dan wasiat ini sama untuk umat Nabi Muhammad dan umat sebelumnya, sebagaimana dalam Firman Allah, “Dan sungguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kalian dan kalian agar selalu bertakwa kepada Allah“.

Salah seorang ulama mendefinisikan taqwa dengan, “Bertakwa kepada Allah adalah engkau beramal dengan ketaatan-ketaatan kepada Allah di atas cahaya dan bimbingan dari Allah dalam keadaan engkau mengharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan kemaksiatan di atas cahaya dan bimbingan dari Allah dalam keadaan engkau takut mendapat siksa-Nya”.

Istiqomah

 27 Jaruari, 2012

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami adalah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya (beristiqamah), maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga , mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”.(QS al-Ahqaaf: 13-14)

Sebagai bentuk penghambaan manusia pada Rabbnya, ibadah memerlukan istiqamah. Keteguhan hati dalam mengikuti petunjuk yang dengan jelas telah ditetapkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits, tanpa menambah atau mengurangi sedikit pun.
Istiqamah sebagai konsep yang syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) secara sederhana dapat bermakna keberlangsungan yang terus menerus dalam kebenaran dan kebaikan, baik sebagai ucapan, perbuatan, keyakinan, sikap maupun nilai.

Guna menjelaskan hakikat istiqamah, Ibnu Rajab al-Hambali mengajukan definisi, “Berjalan di atas jalan kebenaran yang lurus tanpa menyimpang sedikit pun, dan menjalankan syariat Islam sesuai dengan manhaj Rasulullah saw dalam melakukan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.”

Imam Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah saw, “Amal yang paling disukai Allah Ta’ala adalah amal yang dikerjakan terus menerus walaupun jumlahnya sedikit,” Karena itu, istiqamah bukan sekadar kebajikan tambahan atau pelengkap, melainkan sebuah keharusan dalam kehidupan manusia, sebagai individu maupun masyarakat.

“Istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan di akhirat. Seseorang yang memiliki sikap istiqamah akan selalu merasa dekat dengan kebaikan, rezekinya dilapangkan, dan akan jauh dari pengaruh buruk hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati istiqamah, malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan ketenangan dari rasa takut terhadap azab kubur. Selain itu, hati yang istiqamah akan mempermudah amal seseorang untuk diterima di sisi Allah selain akan mempermudah untuk dihapus dosa-dosanya,” papar Imam al-Qurthubi, salah seorang ulama tafsir.
Jelasnya, istiqamah adalah sebuah keniscayaan bagi seorang Muslim.
sebagaimana dijelaskan sendiri oleh Rasulullah saw. Ketika seorang sahabatnya, Sufyan bin Abdullah, bertanya: “Wahai Rasulullah mohon dijelaskan padaku tentang Islam yang sesungguhnya, sehingga aku tidak bertanya lagi setelah ini kepada seseorang selain kepadamu?” Beliau menjawab, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamalah!” (HR Muslim).

Singkat dan padat. Demikianlah kiranya jawaban Rasulullah saw dari pertanyaan sahabatnya tersebut, namun di balik kesingkatan jawaban tersebut justru kita dapat menangkap suatu isyarat bahwa untuk menjadi Muslim sejati ‘cukup’ dengan memenuhi dua syarat, yaitu: beriman kepada Allah dan bersikap istiqamah dalam keimanannya tersebut.

Bersikap istiqamah dalam keimanan tidaklah sesederhana yang dibayangkan.
Umumnya orang memahami keimanan kepada Allah cukup dengan mempercayai dan mengakui eksistensi Allah dengan segenap ke-rububiyahan-Nya. Padahal iman bukan sekadar angan-angan, imajinasi atau khayalan. Ia adalah keyakinan yang harus tertanam kokoh dalam jiwa dan diwujudkan dalam perbuatan nyata.

Allah sangat menghargai dan memuji orang-orang yang mampu mempertahankan sikap istiqamah. Merekalah yang berani menegakkan kebenaran dan tidak takut dengan konsekuensi keimanan. Bahkan tidak akan menyesal bila risiko betul-betul menimpa dirinya sebagai kaum Mukminin. “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap dalam pendiriannya (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘janganlah kamu merasa takut dan sedih dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
(QS Fushshilat :30).

Karena itu, setiap kita harus berjuang untuk menumbuhkan istiqamah dalam jiwa masing-masing. Ada empat hal yang harus ditempuh agar dapat menjadi hamba-hamba Allah yang istiqamah. Pertama, kesadaran dan pemahaman yang benar (Al-Wa’yu wa al-fahmu ash-Shahih). Untuk mencapai derajat istiqamah yang optimal dan berdaya, pemahaman ajaran Islam secara sempurna mutlak diperlukan. Muslim yang memahami ajaran agamanya dengan baik tidak akan bimbang menjalani kehidupan dunia. Ia akan tetap tegar
(istiqamah) menghadapi badai godaan sedahsyat apa pun.

Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan pengawasan-Nya (at-Taqarrub wa al-Muraqabah). Dua hal ini sangat penting. Ketika seorang Muslim telah merasa dekat dengan Allah, kemana pun ia pergi, dimana pun ia berada dan bagaimana pun situasi dan kondisinya, dengan keyakinan penuh ia akan selalu merasa diawasi dan dilihat oleh Allah.
Dengan begitu, ia tidak lagi berani menyimpang dari jalan-Nya (QS
al-Baqarah: 235).

Ketiga, berteman dengan orang-orang shalih (mulaazamat ash-shalihin).
Rasulullah saw mengingatkan, “Seseorang itu mengikuti agama kawannya, karena itu perhatikanlah kepada siapa orang itu berkawan.” (HR Tirmidzi).

Keempat, intropeksi dan sungguh-sungguh (al-Muhasabah wa al-Mujahadah).
Setiap pribadi Muslim harus mengetahui bahwa musuh utama dirinya adalah hawa nafsunya sendiri yang memang memiliki tabiat selalu condong pada kejahatan dan perbuatan dosa (QS Yusuf: 53).

Sebab itulah, setiap Muslim seyogianya selalu mengadakan introspeksi diri (muhasabah an-nafs) terhadap apa-apa yang telah dikerjakan agar ia dapat mengontrol hawa nafsunya setiap saat.

Rabu, 25 Januari 2012

Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia

  1. January, 26  2012

    بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


    Kebanyakan orang yang sedang terhimpit masalah, langsung menyudutkan, menyalahkan, dan mendzolimi dirinya dengan berbagai cara. Demi Allah cara seperti itu adalah keburukkan besar baginya, celakalah pula ia jika terus menurus dikala sempit melakukan hal itu.

    Jika kita sebagai khalifah Allah yang benar-benar sudah diriwayatkan dalam salah satu ayat Al-Qur'an  adalah makhluk Allah yang tinggi derajatnya dengan makhluk Allah SWT lainnya. Kitapun harus mensyukuri rizki yang luar biasa itu. Masalah menimpa, masalah datang silih berganti, masalah tidak pernah habis, jangan pikirkan masalah itu, namun pikirkan bahwa dengan masalah kita semakin disayang Allah, dengan masalah kita bisa semakin tunduk dengan Allah, dengan masalah kita semakin bisa terus belajar rendah hati dan bijaksan dalam bertindak. Dan yang terpenting dengan adanya masalah besar, kitpun juga memiliki jauh lebih besat Tuhan, yaitu Allah SWT yang akan membantu kita menyelesaikan masalah itu.

    Jangan bersedih dengan masalah, jangan pernah meratapi dengan mengais atau menangisi masalah. Karena perilaku itu tidak mencerminkan kita sebagai mukmin sejati. Banyak metode yang dilakukan untuk menghadapi terpaan masalah atau menghadapi masalah ketika sedang menjamur dalam kehidupan kita. Berikut kiat-kiat menuju bahagia dan menyingkirkan masalah dengan cepat :

    1. Sadarilah bahwa jika Anda tidak hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka akan terpecahlah pikiran Anda, akan kacau semua urusan, dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri Anda. Inilah makna sabda Rasulullah: "Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore, dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi."

  2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.
  3. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam gaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya, namun tetap berusaha diawal untuk meraih masa depan yang cemerlang.
  4. Jangan mudah tergoncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri Anda setara dengan kritikan tersebut.
  5. Beriman Kepada Allah, dan beramal salih adalah kehidupan yang baik dan bahagia.
  6. Barangsiapa yang menginginkan ketenangan, keteduhan, dan kesenangan maka dia harus berdzikir kepada Allah.
  7. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan ketentuan qadha' dan qadar.
  8.  Jangan menunggu terimakasih dari orang lain.
  9. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkina terburuk.
  10. Kemungkinan  yang terjadi itu ada baiknya untuk diri kita.
  11. Semua Qadha' bagi seorang muslim baik adanya.
  12. Berfikirlah tentang nikmat, lalu bersyukurlah.
  13. Anda dengan semua yang ada pada diri Anda sudah lebih banyak daripada yang dimiliki orang lain.
  14. Yakinlah, dari waktu ke waktu selalu saja ada jalan keluar.
  15. Yakinlah, dengan musibah hati akan tergerak untuk berdoa.
  16. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati.
  17. Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan.


    By: Laa Tahzan........

Rasa Malu Salah satu Akhlak Mulia

January, 25  2012

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Semakin hari tingkat kejahatan semakin marak. Baik kejahatan secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi, dari mulai perkosaan, perampokan, pembunuhan sampai dengan korupsi di kalangan pejabat dan wakil rakyat. Satu hal yang bisa disimpulkan adalah kita sering mengenyampingkan rasa malu dari hati kita, padahal dalam pandangan Islam terhadap rasa malu merupakan hal penting dalam mengarungi hidup dan kehidupan, semoga dengan tulisan ini bisa membawa manfaat bagi semuanya terutama diri saya pribadi.

Mengapa kita harus memiliki rasa MALU....?? Karena Malu adalah sebagian dari kita memiliki iman. Dan Malu juga adalah salah satu sifat yang harus ada pada diri seorang Muslim. Malu merupakan akhlak mulia  yang selalu mendorong seseorang untuk meninggalkan segala bentuk keburukan dan melanggar hak orang lain, banyak hadist yang menyebutkan tentang itu.

Nabi saw,  bersabdah, "Malu, seluruhnya baik." (HR. Muslim (No. 156), Abu Daud (No. 4796). Beliau juga bersabda, "Malu selalu mendatangkan kebaikan." (HR. Bukhari No. 5766)
Beliau Bersabda, "Malu adalah bagian dari iman." Dan iman tempatnya di surga. Sementara kekejian bagian dari hati yang kesat. Sementara hati yang kesat tempatnya neraka. (HR. Al- Tarmidzi)
Lalu beliau bersabda, " Malu dan iman saling bertaut. Jika salah satunya diangkat, yang lainnya juga terangkat." (HR. Al- Hakim). Maha suci Allah. Hadist-hadist di atas berkuat di sekitar, "Miliki siapa kebaikan, iman, dan akhlak?" Semuanya milik orang-orang yang mempunyai rasa malu.

Engkau tidak akan bisa berbakti kepada kedua orang tuamu, bertobat pada Allah, pergi haji, umrah, berbuat jujur, meninggalkan dusta, atau berusaha untuk taat kepada Allah, kecuali jika engkau memiliki rasa malu ....... Engkau malu kepada Allah karena dosamu yang banyak dan engkau malu menjumpai-Nya dalam kondisi belumuran dosa ..... Karena itu, engkau berbakti kepada kedua orang tuamu, menghampiri Allah, bersikap jujur, dan istiqomah.

Ya... itulah akhlak yang bermula kepada rasa malu.

Allah Azza Wajalla.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Wassalamua'alaikum wr. wb