Pages

Slideshow

Senin, 30 Januari 2012

MERAMU PRAKTEK IKHLAS

29  Januari, 2012

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Sikap hidup seseorang dibentuk oleh keyakinan yang dimilikinya. Sebagai muslim, keyakinan kita berpatri kepada dua kalimat syahadat (Asy Hadua’la ilaa ha illahlah, Waasy haduu annamuhammadarasulullah). Kalimat ini membentuk perilaku kehidupan . itulah ikrar yang kita ucapkan, artinya pada saat kita berkata Asyhadu alla ilaa ha ilallah (aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah) kita sudah melaksanakan sebuah ikrar. Kalau saya yakin tidak ada Tuhan selain Allah, itu berarti saya tidak pernah takut selain hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah menggantungkan hidup kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah melarikan persoalan melainkan hanya kepada Allah, saya tidak akan meminta tolong kecuali hanya kepada Allah dan saya tidak akan pernah meminta rezeki kecuali hanya kepada Allah SWT.

Berurat dan berakar itu didalam hati membentuk kepribadian mewarnai seluruh langkah kehidupan kita. Dizaman kita, kita sangat fasih sekali mengucapkan 2 kalimat syahadat. Tahlilpun lancar. Tetapi konsekuensi dari kalimat itu sering kita abaikan.  Apalagi kita sedang dihadapkan oleh zaman yang serba sulit saat ini. Ekonomi yang curat marut (belum pulih), lapangan pekerjaan susah, tingkat pengangguran semakin banyak, gaya hidup semakin tinggi. Orang mudah mengalami proses pergeseran nilai. Sholatnya masih menghadap Allah, tapi ingin dagangannya laris menghadap ke dukun. Dicampurlah itu (iyya kana’ budu dukun nasta’in). ini semua karna gaya hidup yang sikrit.
Nahhh… puasa melahirkan keikhlasan. Kenapa..?? karna ibadah ini seperti yang pernah kita bicarakan tanpa sugesti. Mungkin kalau kita sholat masih berharap dilihat orang. Tapi dengan puasa, hanya kita dan Allah yang saja yang tau. Ini seharusnya melahirkan gaya hidup keikhlasan. Kalau kita sudah berbuat, yang penting  kita dan Allah saja yang tau. Mau dipuji orang atau tidak, mau didengar orang atau tidak, mau dilihat orang atau tidak, yang penting saya sebagai pelaksana sebuah Ibadah & Allah sebagai tempat tujuan  kenapa ibadah ini saya laksanakan.

Karena itu, pada jumpa kita di kesempatan ini (pagi ini, siang ini, sore ini), kita akan membahasa tentang ikhlas dalam kehidupan dizaman sekarang ini. Sebab, bukan hanya ketika kita sholat saja kita harus ikhlas, puasa harus ikhlas, zakat harus ikhlas, menjalani hidup inipun kita harus penuh dengan keikhlasan. Kita tau bahwa apa jikalau kita menggantungkan sesuatu hanya selain Allah, maka bersiaplah untuk kecewa.  Apa sajaaa. (pengulangan kata, lebih ditekan penekanan katanyanya).
Ikhlas bukanlah hal yang mudah dilaksanakan walaupun sangat mudah dan sering untuk diucapkan. Tetapi inilah yang diperintahkan Allah kepada kita. Wamaa ummiru illali ya’budullaha mukhlisin. Kalian tidak diperintahkan, kecuali hanya menjadi penyembah  Allah yang penuh keikhlasan. Penyembah Allah yang semangat dari keikhlasan.

Saya inginn mengungkap apa yang pernah disampaikan oleh  Imamlu Ghozali tentang keikhlasan ini. Beliau mengatakan, manusi pada dasarnya mati, kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu walaupun dia hidup, tidur. Kecuali yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali yang ikhlas didalam  mengamalkannya. Begitulah dalam kehidupan ini, manusia pada dasarnya mati kecuali orang yang berilmu. Tidak banyak yang bisa dilakukan tanpa ilmu. Ilmulah yang membuat manusia hidup, gerak, berbuat, berkembang, tumbuh menjadi lebih maju. Ilmu dalam sebuah ungkapan lama membuat hidup jadi mudah. Seni membuat hidup jadi indah. Dan agama membuat hidup jadi terarah. Dengan ilmu, hidup jadi mudah. Apa yang terjadi hari ini di benua lain, hari ini juga kita tau dari kamar kita. Dari kamar kitapun kita biisa ngobrol ke luar negeri. Itu semua adalah kemudahan yang terjadi dari factor ilmu.

Manusia mati kecuali yang berilmu. Orang  yang berilmu walaupun ia hidup, tapi tidur. Kecuali yang mengamalkan rasa sudah banyak karyanya, sudah banyak ibadahnya, sudah banyak kebaikannya, pada akhirnya mereka banyak yang tertipu illal mukhlisun, kecuali yang ihklas dalam mengamalkan ilmunya itu. IKHLAS itu adalah RUH dari amal yang  kita kerjakan.  Amal tanpa ikhlas bagaikan jasad tanpa RUH disitulah MATI NILAI AMAL KITA.

Dan iblis itu luar biasa. Sehingga Rasull mengatakan : “Iblis masuk ke tubuhmu melalui saluran darahmu,”. persempit jalan masuk iblis ketubuhmu.  Sahabat bertanya “dengan apa ya Rasull..?”. Dengan zikir dan lapar.
Jadi dengan kita berpuasa, maka kita mempersempet ruang gerak iblis masuk ke saluran darahmu.  Itu juga makna dimana jika ramadhan dating maka diikatlah iblis. Siapa yang mengikat..? yaa kita sendiri. Dengan apa..? Dengan ibadah puasa. Kita ikat dia tidak berkutik menuruuti hawa nafsu sebagai kendaraan utama iblis tadi. Jadi kembali pada awal, KEIKHLASAN itulah nilai dari ammal kita.

Iblis dating kepada setiap orang dengan bendera yyang tidak sama. Iblis datang kepada orang kaya dengan membawa bendera bahqhil. Iblis datang kepada penguasa dengan membawa bendera kezholiman. Iblis dating kepada para Kyai dengan membawa bendera HASUT, iri hati, dengki. Iblis dating kepada orang kaya dengan mebawa bendera PELIT bin Baqhil alias kikir. Strateginya berbeda-beda. Tergantung kepada yang didatanginya. Nah.. jika hal tersebut tidak terkena maka ditanamkanlah perasaan bangga : “Ahh.. amalmu sudah banyak, kebaikanmu sudah banyak, dihilangkanlah keikhlasan kita.

Ikhlas itu, selamat dari noda, selamat dari kepentingan selain Allah, bersih dari kepentingan selain Allah. Sekali lagi, contoh ringannya dengan Puasa adalah cara kita  untuk melatih kita untuk menerapkan sikap-sikap ikhlas. Dan jika kita sudah puasa yang tau hanya kita dnegan Allah SWT saja, bukan karna dipuji orang, karna ingin disanjung orang. Semoga puasa ini bisa mendorong kita menjadi pribadi orang-orang yang ikhlas dalam berbuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar